Pages

Showing posts with label ITS. Show all posts
Showing posts with label ITS. Show all posts

★ Tim IPB Temukan Teknologi Antiradar dari Tulang Ikan dan Cangkang Udang

22 October 2014

Panglima TNI Langsung Minta Uji di Tank CANGGIH DAN MURAH: Dari kiri, Akhiruddin Maddu, Bambang Riyanto, dan Esa Ghanim Fadhallah di Laboratorium Karakterisasi Bahan Fakultas MIPA IPB. Foto: Bayu Putra/Jawa PosCANGGIH DAN MURAH: Dari kiri, Akhiruddin Maddu, Bambang Riyanto, dan Esa Ghanim Fadhallah di Laboratorium Karakterisasi Bahan Fakultas MIPA IPB. Foto: Bayu Putra/Jawa Pos

SEPULUH peraih penghargaan HUT Ke-69 TNI berdiri di panggung kehormatan Mabes TNI Cilangkap, 12 Oktober lalu. Mereka merupakan bagian dari upaya TNI mencari anak bangsa yang mampu menciptakan teknologi canggih untuk kepentingan militer.

Sebagai penghargaan atas jerih payah penciptaan karya itu, TNI berjanji mengembangkan dan menggunakan teknologi karya anak bangsa tersebut.

Salah seorang peraih penghargaan itu adalah Bambang Riyanto. Dia mewakili tim IPB yang memenangi kategori inovasi partisipasi publik. Saat naik ke panggung, dia tampak gugup berada di antara ribuan personel TNI yang hari itu mengikuti upacara tersebut.

Apalagi penghargaan tersebut diserahkan langsung oleh Panglima TNI Jenderal Moeldoko. Selain kalangan akademis, penghargaan diberikan kepada para inovator dari masyarakat umum, kepala daerah, serta kalangan militer.

’’Sesuatu yang bermanfaat bagi kepentingan militer pasti akan kami kembangkan. Apalagi (karya) itu tidak mahal dan bisa mengurangi ketergantungan kita pada pihak luar,’’ ujar Moeldoko dalam sambutannya.

Selain IPB, sembilan inovator lain peraih penghargaan adalah Litbang TNI-AD yang merancang bangun senjata Dopper, Litbang TNI-AL yang membuat prototipe swamp boat, serta Litbang TNI-AU yang membikin bom tajam BT-500 untuk pesawat standar NATO.

Di bidang non-alutsista, TNI-AD menyumbangkan pendekatan indeks vegetasi citra satelit pengindraan jarak jauh. Inovasi itu berguna untuk mendeteksi samaran pasukan musuh di medan tertutup.

Lalu, TNI-AL merancang pos AL mandiri energi untuk kawasan terpencil. Sementara itu, TNI-AU membuat jaring komunikasi terintegrasi untuk mewadahi jaringan C4ISR (command, control, communications, computers, intelligence, surveillance, and reconnaissance).

Tiga sisanya diberikan kepada pemerintah daerah dan organisasi publik terkait dengan kebijakan. Di antaranya, RRI yang mengembangkan siaran di kawasan perbatasan; Pemkab Belu, NTT, yang mendukung TNI di perbatasan dengan Timor Leste; serta Pemprov Kaltim yang membuat kawasan ketahanan pangan.

Tim IPB beranggota Bambang bersama dua rekannya. Yakni, Akhiruddin Maddu dan Esa Ghanim Fadhallah. Bambang merupakan dosen di Departemen Teknologi Hasil Perairan, Akhiruddin adalah kepala Departemen Fisika, dan Esa Ghanim merupakan mahasiswa S-2 Teknologi Pascapanen IPB.

Mereka berhasil menciptakan teknologi tinggi antiradar dari bahan-bahan organik sederhana. Yaitu, tulang ikan dan cangkang udang. Bagi kebanyakan orang, dua bahan tersebut justru disisihkan dan dibuang ke tempat sampah.

Tapi, di tangan Bambang, Akhir, dan Esa, tulang ikan dan cangkang udang justru sangat berguna untuk menciptakan karya inovasi yang murah serta canggih.

Menurut Bambang, dua jenis bahan tersebut mengandung komposit chitosan dan hidroksiapatit yang mampu menyerap gelombang radar. Karena gelombang radar tidak memantul, kendaraan tempur yang menggunakan teknologi tersebut akan sulit dideteksi radar musuh.

Ditemui di kampus IPB, Selasa (14/10), Bambang mengakui bahwa temuan timnya bukanlah teknologi antiradar pertama yang berbahan organik. Sebelumnya, pada 2011, Tiongkok merilis penggunaan teknologi antiradar berbahan dasar gelatin.

’’Tapi, ketika kami teliti lebih lanjut, kemampuan gelatin yang berbahan dasar protein itu terbatas. Kami lalu mengganti bahannya dengan karbohidrat,’’ tuturnya.

Teknologi yang dikembangkan Bambang cs kini bakal memperkuat kemampuan persenjataan TNI. Bersama tim peneliti dari internal TNI, mereka akan mengembangkan teknologi tersebut agar kemampuannya makin tinggi dan penggunaannya semakin praktis.

Tim ITB tersebut awalnya tidak menyangka panglima TNI akan memberikan perhatian serius terhadap hasil penelitian mereka.

Mereka memang sengaja mengembangkan teknologi militer, namun sebatas untuk kepentingan penelitian. Tidak disangka, penelitian tersebut diketahui pihak militer dan mereka ditantang untuk mengaplikasikannya dalam sistem persenjataan TNI.

Inovasi tersebut semula merupakan bahan skripsi Esa saat masih menempuh S-1 di Jurusan Teknologi Hasil Perairan IPB pada 2011. Kala itu, Bambang dan Akhir menantang Esa untuk membuat penelitian skripsi yang terkait dengan militer, khususnya antiradar.

Di bawah bimbingan dua dosen tersebut, Esa mulai merancang penelitian yang sayangnya hasilnya kurang baik. Dia lalu mencoba lagi pada 2012 dengan bahan yang berbeda. Kali ini hasilnya dinilai cukup sukses, meski ada kekurangan di sana-sini.

Belum puas, mahasiswa 23 tahun itu pun mengajak Bambang dan Akhir berdiskusi untuk menyempurnakan karya tersebut. Ketiganya lalu memutuskan untuk mengembangkan lagi penelitian itu dengan bahan yang mengandung chitosan dan hidroksiapatit yang terdapat dalam tulang ikan serta cangkang udang.

Di luar dugaan, hasilnya cukup memuaskan. Dua bahan tersebut dianggap paling baik jika dibandingkan dengan bahan-bahan penelitian sebelumnya.

Di tengah rasa syukur itu, kendala muncul lagi. Esa tidak menemukan laboratorium yang cocok untuk menguji penelitian tersebut. Lagi-lagi, kendala infrastruktur menjadi problem. Hal itu diakui Akhiruddin.

Dosen 48 tahun tersebut menuturkan, infrastruktur penelitian di Indonesia masih sangat terbatas. Akibatnya, penelitian sering mandek di tengah jalan karena ketiadaan sarana-prasarana tersebut.

’’Kami selaku dosen hanya bisa membantu lewat networking,’’ tuturnya.

Tiga bulan lamanya mereka menjelajahi laboratorium sejumlah universitas di Indonesia. Termasuk di ITS dan ITB. Mereka tidak mendapatkan alat uji yang cocok untuk penelitian itu. Bila akhirnya tidak menemukannya juga, mereka berencana membawanya ke laboratorium di luar negeri.

Namun, akhirnya mereka menemukan yang dicari di laboratorium Universitas Indonesia (UI). ’’Awalnya kami tidak sampai kepikiran bahwa UI punya alat uji itu,’’ timpal Esa.

Dia amat girang penelitiannya bisa diuji di lab UI. Hasilnya pun langsung keluar dalam waktu sehari.

Penelitian tersebut menghasilkan prototipe teknologi antiradar. Berkat karya itu, Bambang cs lalu diminta mendaftar untuk melakukan presentasi di TNI. Rupanya, selain tim IPB, sudah ada 266 peneliti lain yang ikut kompetisi yang digagas TNI tersebut.

Tim Bambang mendapat jadwal terakhir untuk presentasi. ’’Karya-karya yang dipresentasikan luar biasa. Kami sempat minder melihatnya,’’ tutur Bambang.

Beberapa hari kemudian, telepon yang mengagetkan itu datang juga. Tim IPB diminta mempresentasikan teknologi antiradar tersebut di hadapan panglima TNI secepatnya.

Antara kaget dan tidak percaya, Bambang tidak langsung mengiyakan permintaan itu. Sebab, timnya butuh persiapan. Akhirnya, setelah mengebut selama seminggu untuk mempersiapkan diri, mereka tampil dengan peralatan plus bahan presentasi karya.

Kerja keras mereka tidak sia-sia. Panglima TNI mengapresiasi penelitian tersebut. ’’Beliau minta langsung uji coba di tank. Kami kaget lagi,’’ kenangnya.

Mereka kembali harus bekerja keras untuk merampungkan peralatan antiradar tersebut. Hasilnya cukup memuaskan.

Kini setelah karya mereka dinyatakan berhak meraih penghargaan, Bambang dkk tidak bisa berleha-leha. Pasalnya, mereka harus segera bekerja sama dengan tim Litbang TNI untuk mengembangkan teknologi tersebut agar lebih simpel dan praktis.

Salah satu faktor TNI mau menggunakan teknologi karya Bambang cs adalah biayanya yang terjangkau serta bahannya yang mudah didapatkan. Sebagai negara maritim, Indonesia tidak akan kekurangan bahan organik chitosan dan hidroksiapatit. TNI berencana memproduksi teknologi tinggi itu di PT Pindad (Perindustrian Angkatan Darat).

’’Kami tentu saja bangga penelitian kami dihargai setinggi itu,’’ tandas Bambang.(Bayu Putra/*/c5/ari)

  ★ JPNN  

ITS raih juara ketiga kontes robot dunia

26 August 2014

ABU Robocon 2014http://pasca.its.ac.id/english/wp-content/uploads/2014/01/ITS-image.jpgTim robot RINE (Robot ITS Nang Pune) dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya meraih juara ketiga dalam ajang kontes robot tingkat dunia bertajuk "ABU Robocon 2014" di Pune, India.

"Dalam kontes robot dunia yang berakhir pada Minggu (24/8) itu, RINE meraih juara ketiga bersama tim robot Thailand atau kedua tim sama-sama menjadi juara ketiga," kata salah satu anggota tim, Irfan Fachrudin Priyanta, melalui surat elektronik dari India, Senin.

Selain meraih juara ketiga bersama (2nd Runner Up) dengan tim Thailand, tim ITS juga menyabet penghargaan "Best Engineering Awards" pada kontes robot dunia yang digagas pimpinan stasiun televisi pemerintah se-Asia Pasifik itu.

Untuk juara pertama dalam kontes robot bertema "A Salute to Parenthood" itu direbut oleh tim robot dari Vietnam, kemudian posisi kedua (Runner Up) ditempati oleh tim robot dari Jepang.

"Posisi 2nd Runner Up dan Best Engineering Award itu dicapai tim ITS setelah menjadi pemenang grup pada babak penyisihan awal dan akhirnya harus berjuang di babak perempat final," katanya.

Pada babak perempat final, tim dari ITS yang mewakili Indonesia harus melawan tim robot Malaysia yang kekuatannya bisa dikatakan cukup seimbang.

Namun, RINE pun memenangi babak perempat final dan berhasil masuk babak semifinal. Pada babak final, tim Indonesia harus berjuang melawan tim yang terbilang cukup kuat, yaitu Vietnam.

"Vietnam merupakan juara dunia yang pernah mengalahkan tim Indonesia pada kontes robot di Hong Kong pada dua tahun silam," katanya.

Hasilnya, robot RINE bergerak lebih lambat dibandingkankan dengan robot buatan Vietnam pada babak semifinal itu. "Kita kalah dua detik dari Vietnam, tapi dua detik yang sangat berarti," katanya.

Saat semifinal itu, tim Vietnam mencatat waktu selama 47 detik, sedangkan tim Indonesia mencatat waktu selama 49 detik.

"Meski harus kalah dari Vietnam pada babak semi final, tim ITS tetap mengharumkan nama baik Indonesia dengan mendapat 2nd Runner Up dan Best Engineering Award pada," katanya.


  Antara  

Mahasiswa ITS Ciptakan Peluru Ramah Lingkungan

22 August 2014

Mahasiswa ITS Ciptakan Peluru Ramah Lingkungan     LIMA mahasiswa Jurusan Teknik Material dan Metalurgi ITS Surabaya menciptakan peluru ramah lingkungan. Peluru ramah lingkungan yang diciptakan mahasiswa ITS ini maksudnya adalah peluru yang biasanya dapat memantul kembali ke penembaknya tidak akan membahayakan lagi.

"Kami mengembangkan peluru yang bersifat 'fragible'," kata Ketua Tim Program Kreativitas Mahasiswa bidang Penelitian (PKM-P) ITS Surabaya, Khoiril Metrima Firmansyah, di kampus setempat, Kamis (21/8).

Didampingi empat rekannya; Albertus Septyantoko, Mochammad Ghulam Isaq Khan, Paiman Jhony, dan Rosena Mardliah, ia menjelaskan peluru yang bersifat "fragible" itu merupakan peluru yang dapat pecah bila menumbuk suatu objek. Selain itu, peluru jenis ini tidak menggunakan logam Pb (plumbum) sehingga peluru ini dapat digolongkan sebagai "green bullet" atau peluru yang ramah lingkungan.

"Peluru yang ramah lingkungan itu perlu, yang saat digunakan tidak mengandung logam Pb," katanya.

Pria yang akrab dipanggil Metrim itu mengatakanm, "green bullet" dibuat dengan metode metalurgi serbuk. "Prinsip metode metalurgi serbuk adalah memadatkan serbuk logam dengan tekanan tertentu, kemudian memanaskannya di bawah temperatur lelehnya," ujarnya.

Partikel-partikel logam itu memadu karena mekanisme transformasi massa akibat difusi atom antarpermukaan partikel. "Tahapan proses metalurgi serbuk ialah karakterisasi serbuk yang meliputi ukuran dan distribusi ukuran serbuk, bentuk serbuk, serta komposisi kimia serbuk, juga dry mixing atau pencampuran serbuk material yang tidak mudah korosi (berkarat)," katanya.

Tak hanya itu, pihaknya juga melakukan kompaksi atau pemampatan dengan gaya tekan 600 MPa selama 10 menit dan sintering. Pemanasan pun dilakukan pada variabel temperatur 3.000 C, 5.000 C, 7.000 C dengan variabel holding time 0,5 jam; 1 jam; 1,5 jam.

"Ada beberapa pengujian yang dilakukan, yaitu uji kekerasan dan uji tekan untuk menentukan variabel yang paling optimum. Dari hasil penelitian, variabel yang optimum yaitu pemanasan sintering pada temperatur 5.000 C dan holding time selama satu jam dengan nilai densitas sinter 7,22 gr/cm3, kekuatan tekan 280,45 MPa, dan nilai kekerasan adalah 60,67 HRF," katanya.

Selain itu, uji karakterisasi material pun turut dilakukan dalam penelitian tersebut. Pada pengujian SEM, ditunjukan bahwa pada variabel temperatur sintering 5.000 C waktu tahan sintering satu jam memiliki homogenitas fasa yang lebih baik. Pada uji XRD ditunjukan bahwa dengan proses menggunakan variabel ini akan membentuk fasa baru yaitu Cu10Sn3 yang menyebabkan material bersifat ‘frangible’.

Dari penelitian tersebut, metode metalurgi serbuk yang menggunakan variasi temperatur sintering 5.000 C dengan waktu tahan satu jam akan menghasilkan kombinasi sifat mekanik dan sifat fisik yang optimum untuk diaplikasikan pada "green bullet" yang memiliki ‘frangibility’ terbaik. "Jadi, peluru terbaik diperoleh dengan menggunakan temperatur sintering sebesar 5.000 C," katanya lagi.Wita/Antara

  ★ Jurnas  

ITS luncurkan "sapu angin speed" pada HUT RI

17 August 2014

Dirgahayu Indonesia ... Merdeka ITS luncurkan ilustrasi - foto tanggal 6 Mei ketika uji coba (dari depan ke belakang) Mobil Listrik Nasional (Molina) Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya, EZZY ITS 1, EZZY ITS 1.1, Mobil Sapu Angin Surya, dan mobil hemat energi Lowo Ireng di Kawasan Embong Malang, Surabaya, Jawa Timur (ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat)

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS) kembali meluncurkan satu mobil karya mahasiswa bernama "Sapu Angin Speed (SAS) II" pada 17-8-2014 atau tepat HUT ke-69 Proklamasi Kemerdekaan RI.

"SAS II dipersiapkan untuk mengikuti kompetisi Student Formula Japan (SFJ) 2014 pada 2-7 September," kata manajer tim, Akhmad Ittang Anwarsyah, di lapangan Perpustakaan ITS Surabaya, Minggu.

SFJ merupakan satu kompetisi yang digelar oleh "Society of Automotive Engineers" (SAE).

ITS menjadi satu dari tiga wakil Indonesia yang mengikuti kompetisi ini.

"SAS II ini merupakan hasil penyempurnaan dari SAS I, generasi pertama yang sukses meraih Best Rookie Award (penghargaan pendatang baru terbaik) pada kompetisi serupa," katanya.

Ia menjelaskan sukses perdana pada tahun lalu mendorong diinya untuk melakukan pengembangan pada mobil generasi kedua.

"Kami optimistis mendapatkan lebih banyak gelar lagi tahun ini," katanya.

Pada kompetisi 2014, pihaknya menargetkan untuk meraih "Best Performance" (performa terbaik), karena itu sejumlah persiapan telah dilakukan.

"Selama enam bulan kami terus mempersiapkan diri. Kami telah melakukan sepuluh kali test run yang dilakukan dengan berbagai kondisi dan cuaca," katanya.

Jika dibandingkan dengan SAS I, maka generasi kedua ini jauh lebih siap untuk ikut kompetisi, sebab SAS I pada tahun lalu hanya sempat dilakukan satu kali test run.

Mobil formula SAS II itu menggunakan mesin Husaberg 450 cc dengan tipe silinder tunggal.

"Mesin itu diimpor langsung dari Austria," katanya.

Dibandingkan dengan SAS I, mobil ini memiliki bobot 30 persen lebih ringan, sedangkan "bodi" mobil dibuat dari bahan "Carbon Fiber with Joneycomb Frame".

Sementara itu, dosen pembimbing Ir Witantyo M.Eng Sc mengatakan seluruh tim sudah siap berlaga.

"Ada 19 orang yang akan berangkat ke Jepang tangga 31 Agustus nanti," ujarnya.

Didampingi dosen pembimbing lainnya, Alief Wikarta ST MSc.Eng, ia berharap SAS II mendapat lebih banyak lagi penghargaan pada ajang yang akan dihelat selama lima hari mulai Selasa (2/9) mendatang.

Setelah acara, Rektor ITS Prof Dr Ir Tri Yogi Yuwono DEA mengaku bangga atas kerja keras dari seluruh anggota tim.

"Itulah hasil nyata dari proses pendidikan," ujarnya.

Meski turut menargetkan meraih predikat "Best Performance", tetapi hal itu bukan yang utama.

"Pada kompetisi ini tidak semua peserta yang dapat ikut race karena seleksinya sangat sulit. Tahun lalu, walaupun pertama berlaga ITS sudah berhasil ikut, walaupun hasilnya belum maksimal," katanya.

Selain meluncurkan SAS II, ITS turut melepas Tim Robot yang akan berlaga di India pada Sabtu (23/8) dan 58 tim ITS yang berlaga Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas 2014) 27 di Semarang pada Senin (25/8).

Pada Juni 2013, tim robot ITS berhasil menjadi juara I di ajang Kontes Robot Abu Indonesia 2014.

  ★ Antara  

Pemerintah Rogoh Rp 500 Miliar untuk Kapal Canggih Anti Maling Ikan di Laut

08 July 2014

Kapal Produksi DRU (Madokaichi/DRU)

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menganggarkan dana ratusan miliar rupiah untuk pengadaan kapal canggih berukuran besar atau Sistem Kapal Inspeksi Perikanan Indonesia atau SKIPI. Kapal ini akan difungsikan untuk memberantas praktik pencurian ikan (illegal fishing) di perairan laut Indonesia.

KKP telah memesan 4 buah kapal SKIPI dari salah satu produsen kapal laut di dalam negeri, PT Daya Radar Utama. Proses pemesanan sudah berlangsung sejak tahun 2013 dengan nilai kontrak satu kapal mencapai Rp 140 miliar atau totalnya Rp 560 miliar.

"Kita bangun 4 kapal SKIPI. Satu kapal nilainya Rp 140 miliar," kata Dirjen Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP) KKP Syahrin Abdurrahman saat ditemui di ruang kerjanya, di Gedung Minabahari III, Kantor Pusat KKP, Gambir, Jakarta Pusat, Selasa (8/07/2014).

Kapal SKIPI ini termasuk kapal besar dengan panjang 60 meter. Kapal ini mayoritas dibuat dengan bahan baku baja asli yang kuat dan tahan lama. Teknologi yang digunakan pun cukup canggih, kapal dilengkapi sonar dan penginderaan jarak jauh serta mesin handal buatan MTU Jerman.

"Kita lihat ya spesifikasinya. Satu kapal SKIPI ini nilainya sama seperti kita bangun GMB (Gedung Mina Bahari) IV. Spesifikasinya hebat. Bahkan banyak orang menganggap mesin yang digunakan paling hebat, kita pakai MTU Jerman ini paling hebat. Kita panggil pakar ITS (Institut Teknologi Sepuluh Nopember) Mesin MTU itu digeber 10 jam nonstop masih meringis-ringis," paparnya.

Kapal ini nantinya akan disebar kedua wilayah perairan Indonesia yaitu bagian Timur dan Barat Perairan Indonesia. Wilayah operasi mencakup spot zona ekonomi eksklusif (ZEE) Indonesia yang rawan tindakan illegal fishing.

Daerah-daerah itu mencakup Laut Arafura dan Utara Laut Sulawesi (Timur Indonesia) dan Barat Natura serta Laut China Selatan terutama segitiga emas antara Indonesia, Malaysia dan Thailand.

"Intinya kita harus lebih pintar. Kalau kita lebih rapi, kecil kemungkinan terjadi pelanggaran di laut," cetusnya.(wij/hen)
Spesifikasi Kapal Pesanan KKP : Empat kapal SKIPI ini mampu tahan berlayar hingga 14 hari karena memiliki ukuran tangki bahan bakar yang lebih besar. Daya bertahan ("endurance") itu jauh lebih tinggi dari 27 kapal patroli pengawas yang kini dioperasikan Ditjen PSDKP yang hanya mampu bertahan dua hari sebelum harus mengisi ulang bahan bakar.

Dengan daya tahan yang cukup lama, empat kapal SKIPI ini diharapkan dapat melakukan patroli semaksimal mungkin dan menjaga potensi perikanan di Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) daerah Timur dan Barat Indonesia.

"Rencananya dua ditempatkan di wilayah Timur (Stasiun Tual) dan Barat (Stasiun Batam atau Pontianak)," ujar Direktur Kapal Pengawas Direktorat Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Budi Halomuan.

Kemudian, jarak pantauan radarnya bisa mencapai 120 mil laut (1 mil : 1,8 kilometer), dibandingkan kapal patroli biasa yang hanya 36 mil laut. Kapal yang didesain ini memiliki kecepatan 26 knot.

Posturnya pun lebih gagah dengan panjang 60 meter, dibandingkan kapal patroli biasa yang berukuran 42 meter.

"Akan terdapat ruang laboratorium yang lebih luas dan juga ruang tahanan (untuk nelayan ilegal yang ditangkap)," ujar dia.


  ★ detik | Seru 

MSCADC Karya Anak Bangsa

26 June 2014

ITS ciptakan Miniature Standart Central Air Data Computer http://www.lanud-iswahjudi.mil.id/galeri/img_gambar/721273.jpgMagetan (20/06/14). Terbatasnya anggaran dalam pemeliharaan dan perawatan pesawat terbang TNI Angkatan Udara, khususnya pesawat tempur yang dioperasikan Lanud Iswahjudi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, berhasil menciptakan MSCADC bagi pesawat F-5 Tiger.

Miniature Standart Central Air Data Computer (MSCADC) merupakan perangkat avionic yang berfungsi menghasilkan data ketinggian pesawat (altitude), kecepatan pesawat (air speed), mengontrol sytem flap, Auxiliary intake door, landing gear warning, dan SAS (stability augmented system).

Demikian dikatakan Kaur Har Avionik Skadron Udara 14 Lanud Iwj, Letda Lek Deddy Agung R., pada briefing Rabu pagi (25/6/14), di ruang Tedy Kustari, yang dihadiri oleh Komandan Lanud Iswahjudi Marsma TNI Donny Ermawan T., M.D.S., para pejabat dan seluruh penerbang Lanud Iswahjudi.

Dalam paparannya Letda Lek Deddy Agung R., mengatakan Keunggulan MSCADC baru buatan ITS, konektor menyesuaikan dengan CADC yang lama sehingga lebih kuat dan tidak mudah terbakar ( Pin lebih besar ). Sistem sudah menggunakan komponen teknologi terbaru, terdapat indikator untuk power, kerja system, komunikasi data BUS1553 dan fail.

Hasil temuan tersebut saat ini masih dilakukan uji fungsi dipesawat F-5 Tiger di Skadron Udara 14 Lanud Iswahjudi, apabila dalam ujifungsi dinyatakan berhasil maka hasil karya anak bangsa tersebut akan di gunakan oleh TNI AU.

Dijelaskan pula Oleh Komandan Skadron Udara 14 Letkol Pnb Arif Adi Nugroho, bahwa proses pembuatan MSCADC dibiayai mandiri oleh ITS, sedangkan TNI AU sebagai pengguna untuk pesawat F-5 Tiger.

Keterangan Gambar : (Foto : Kaur Har Avionik Skadron Udara 14 Lanud Iwj, Letda Lek Deddy Agung R., memberikan paparan tentang MSCADC buatan ITS, pada briefing pagi, di ruang Tedy Kustari, Rabu (25/6/14). (Foto : Penerangan Lanud Iswahjudi).

  Lanud Iswahjudi  
 

Populer