Pages

Showing posts with label Nuklir. Show all posts
Showing posts with label Nuklir. Show all posts

70 persen masyarakat Indonesia setuju nuklir untuk perdamaian

30 October 2014

"Survei dilakukan lembaga independen dan tidak memiliki kepentingan, sehingga kedepannya nuklir di negara ini akan dikelola untuk perdamaian dan pembangunan negara bukan untuk kebutuhan perang." http://www.batan.go.id/patir/2012/p_images/logo%20batan_Transp.pngBadan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) menyampaikan 70 persen masyarakat di Indonesia sepakat potenasi tenaga nuklir yang dimiliki negara ini digunakan untuk perdamaian dan pembangunan bangsa diberbagai bidang.

"BATAN telah melakukan survei dan hasilnya 70 persen masyarakat di negara ini menghendaki kandungan nuklir yang dimiliki negara ini digunakan untuk perdamaian dunia dan pembangunan negara," kata Kepala BATAN Prof Dr Djarot Sulistio Wisnubroto, di Hotel Maleo Mamuju, Kamis.

Ia mengatakan, hanya 30 persen masyarakat Indonesia tidak menyetujui nuklir karena khawatir terhadap dampak yang ditimbulkan.

"Survei dilakukan lembaga independen dan tidak memiliki kepentingan, sehingga kedepannya nuklir di negara ini akan dikelola untuk perdamaian dan pembangunan negara bukan untuk kebutuhan perang," katanya.

Ia juga menyampaikan BATAN saat ini telah melakukan langkah sinkronisasi untuk upaya pengelolaan nuklir dan untuk membangun negara dengan pemerintah di 34 Provinsi di Indonesia.

"Nuklir akan dimanfaatkan untuk membangun berbagai bidang seperti pertanian, peternakan, perikanan, agar produksi dan kualitasnya meningkat yang tentu akan bermanfaat bagi seluruh masyarakat negara ini," katanya.

Menurut dia, sumber daya manusia yang dimiliki BATAN untuk pemanfaatan dan pengelolaan nuklir telah disiapkan di Selolah Tinggi Teknologi Nuklir (STTN) di Kota Yogyakarta.

"Saat ini peneliti BATAN mencapai 2.800 orang, sudah berkurang dibandingkan masa pemerintahan Presiden BJ Habibie mencapai 4.000 orang. Mereka sudah banyak yang tua sehingga generasi peneliti sudah disiapkan di STTN Yogyakarta," katanya.(*)
.


  antara  


Indonesia tegaskan pentingnya kontribusi teknologi nuklir

24 September 2014

Indonesia tegaskan pentingnya kontribusi teknologi nuklirStasiun tenaga nuklir - ilustrasi. (ANTARANews/Ardika)

Indonesia akan terus memanfaatkan teknologi nuklir dalam menunjang pembangunan di berbagai bidang, antara lain di bidang pangan, pertanian, kesehatan, industri dan lingkungan dan Indonesia mengembangkan infrastruktur untuk pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir.

Hal itu disampaikan Dubes Rachmat Budiman dalam kapasitas sebagai Ketua Delegasi Indonesia pada Sidang General Conference ke-58 Badan Tenaga Atom Internasional (International Atomic Energy Agency/IAEA), yang berlangsung di Wina, Austria, dari 22 hingga 26 September.

Counsellor KBRI/PTRI Wina, Dody Kusumonegoro kepada Antara London, Rabu mengatakan Delegasi Indonesia pada Konferensi tersebut terdiri dari para pejabat dari Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN), Badan Pengawas Tenaga Nuklir dan KBRI/PTRI Wina.

Dubes Rachmat Budiman menyatakan dalam sesi General Debate Sidang tersebut Indonesia telah menerbitkan "The Indonesian Nuclear Energy Outlook (INEO)" Agustus lalu sebagai salah satu referensi nasional dalam pembangunan energi di Indonesia.

Berdasarkan dokumen tersebut, terdapat keperluan bagi Indonesia untuk memanfaatkan pembangkit listrik tenaga nuklir untuk menunjang ketersediaan energi nasional. Untuk itu Pemerintah telah menyelesaikan studi kelayakan komprehensif yang mencakup pula site study di Pulau Bangka.

Guna meningkatkan pemahaman dan penerimaan publik atas pembangkit listrik tenaga nuklir, Indonesia akan membangun Reaktor Daya Non-Komersial (RDNK) yang dimaksudkan sebagai pembuktian kelayakan pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir di Indonesia, baik dari aspek keselamatan dan keandalan operasi maupun aspek penguasaan dan pengembangan teknologi.

Reaktor tersebut juga akan digunakan sebagai sarana pengembangan kapasitas sumber daya manusia dalam pembangunan, pengoperasian, dan perawatan pembangkit listrik tenaga nuklir, dan pengembangan riset kogenerasi yaitu pemanfaatan PLTN untuk pembangkit listrik dan sekaligus untuk mendukung industri proses seperti pengolahan mineral, minyak mentah (oil refining), coal liquafaction, dan desalinasi.

Aplikasi kogenerasi ini ditujukan untuk mendukung program peningkatan nilai tambah terhadap komoditas ekspor Indonesia di bidang sumber daya mineral.(H-ZG/E001)

  ★ antara  

Mimpi BUMN Dhuafa Kuasai Pasar Nuklir Kesehatan Dunia

03 July 2014

Mimpi BUMN Dhuafa Kuasai Pasar Nuklir Kesehatan DuniaPT Industri Nuklir Indonesia (INUKI) relatif jarang terdengar. Siapa sangka meski jarang tampil, namun INUKI mampu membuktikan prestasi yang cukup mencengangkan.

INUKI bersama SHINE Medical, USA, bersepakat mengembangkan pabrik nuklir untuk kebutuhan kesehatan (radioisotop). Kerjasama tersebut menghasilkan pengolahan radioisotop tanpa harus membuat reaktor nuklir.

Pabrik nuklir yang memakan investasi US$ 140 juta tersebut ditargetkan rampung pada tahun 2017. Saat beroperasi, pabrik tersebut mampu memproduksi 4.000 curie per minggu.


Direktur Utama PT Industri Nuklir Indonesia (Persero) (INUKI), Yudi Utomo Imardjoko menjelaskan langkah INUKI tersebut merupakan rencana perseroan menjadi pemimpin pasar produk nuklir kesehatan dunia.

"Kita berbisnis dan kita kejar-kejaran tahun 2017. Kalau kita menang, kita jadi pemasok nomer 1, kita punya bisnis untuk 50 tahun ke depan," kata Yudi kepada detikFinance, seperti dikutip, Rabu (2/7/2014).

Pabrik penghasil radioisotop rencananya mampu memasok ke 1.500 rumah sakit di negara paman sam. Selain mengembangkan pabrik penghasil radioisotop di AS, INUKI juga berencana membangun pabrik generasi terbaru penghasil radioisotop di tanah air. Lokasinya akan dipilih di dekat akses bandara.

INUKI tidak akan membangun reaktor karena teknologi terbaru telah ditemukan. Rencananya pabrik terbaru akan digunakan memasok nuklir kesehatan untuk rumah sakit dalam dan luar negeri.

"Indonesia radioisotop dipasok ke 16 rumah sakit, kemudian ekspor ke Malaysia, Vietnam, Thailand, Filipina, Bangladesh," sebutnya.

Siapa sangka rencana besar INUKI ternyata datang dari BUMN yang sempat berdarah-darah secara keuangan. Dahlan pun sempat menjuluki INUKI sebagai BUMN Dhuafa. Yudi menilai kinerja keuangan perseroan akan tampak kinclong ketika pabrik baru di Indonesia dan Amerika Serikat mulai produksi.

"Kerugian saat ini baru berkurang 50%. Prestasinya kita akan terlihat setelah fasilitas akseletor dan semua peralatan baru beroperasi pada tahun 2018," papar Yudi.


Yudi menjelaskan, radioisotop merupakan teknologi paling akurat untuk mendeteksi penyakit. Menurutnya deteksi atau diagnosa penyakit sangat penting bagi dokter di dalam mengambil keputusan bagi pasien.

"Keakuratan paling tinggi di antara yang lain seperti CT Scan, X-Ray hingga infra-red," jelasnya.

  detik  

Dahlan Saksikan Penandatanganan MoU Pengembangan Nuklir antara AS dan BUMN RI

17 June 2014

Memorandum of UnderstadingDahlan Saksikan Penandatanganan MoU Pengembangan Nuklir antara AS dan BUMN RIMenteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan bersama rombongan terbang ke Washington, Amerika Serikat (AS) untuk menyaksikan momen bersejarah.

Badan Usaha Milik Negara, PT INUKI (Persero) dan anak usaha PT Dirgantara Indonesia (Persero) yakni IPTN North America Inc melakukan memorandum of understading (MoU) pengembangan dan produksi bersama produk nuklir kesehatan yakni low energy uranium.

"Penandatangan MoU antara SHINE Medical, USA dengan INUKI dan IPTN North America tentang produksi bersama low energy uranium," kata Staff Khusus Menteri BUMN Abdul Aziz kepada detikFinance, Selasa (17/6/2014).

Aziz yang ikut menemani Dahlan menjelaskan acara kerjasama ini juga difasilitasi oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia di Washington. Di dalam foto yang diterima, terlihat Dahlan bersama istri memakai batik.

Hadir pula Dirut INUKI Yudi Utomo Imardjoko, Dirut IPTN North Amerika Gautama Indra Djaja, dan CEO SHINE Medical Technologies Gregory Piefer. Kerjasama ini, Indonesia menyediakan tenaga ahli sementara SHINE menyediakan peralatan.

"Teknologi dari peneliti-peneliti Indonesia dan Amerika menyiapkan seluruh peralatan produksi di USA," sebutnya.

Untuk pengembangan dan produksi bersama produk nuklir kesehatan itu, dibutuhkan investasi sebesar US$ 600 juta atau sekitar Rp 6 triliun. Setelah beroperasi, produk nuklir tersebut diapakai untuk berbagai kebutuhan medis.

"Digunakan untuk medical/kedokteran, mengetahui diagnosa di mana penyakit itu berada dan mengobati penyakitnya," terangnya.

Usai menyaksikan acara MoU, Dahlan direncanakan menuju markas SHINE Medical. Setelah itu rombongan terbang menuju Aljazair untuk melihat proyek jalan yang dikerjakan PT Wijaya Karya Tbk (WIKA).

"Sore ini akan ke Madison di Wisconsin pusatnya Shine Medical, besok pemaparanya di University of Wisconsin, lusa ke Aljazair melihat proyek jalannya WIKA," ujarnya.

  detik 

ROTFL yang Terjadi setelah 'Ngamen'

03 June 2014

SUDAH dua minggu ini kami berdebar-debar. Teruskah? Ditolakkah? Disetujuikah? Tim kami bekerja keras untuk itu. Sepotong e-mail kemudian muncul tiga hari lalu: setuju!

Horeeee. Rasanya kami semua ROTFL!

Yang kami tunggu adalah ini: apakah perusahaan Amerika Serikat (AS) itu menyetujui kerja sama dengan BUMN untuk satu hal yang amat strategis. Yakni bersama-sama mengolah neutron menjadi produk kedokteran nuklir dan akhirnya kelak juga mengolahnya menjadi listrik.

Tim BUMN dipimpin Direktur Utama PT Inuki (Persero) Dr Ir Yudiutomo Imardjoko. Inuki adalah kependekan dari Industri Nuklir Indonesia, nama baru untuk PT Batan Teknologi.

Tim itu dibantu pimpinan PT INACA, anak perusahaan PT Dirgantara Indonesia di AS. Lalu diperkuat Direktur Utama PT Bahana (Persero) Dwina S. Wijaya beserta anak buahnya. Bahana adalah BUMN yang bergerak di bidang keuangan.

"Kami sangat beruntung bisa mendapat persetujuan dari perusahaan di AS ini," ujar Yudiutomo yang ahli nuklir lulusan UGM dan ahli sampah nuklir lulusan AS.

Beruntung? Saya tidak setuju dengan kata-katanya itu. Itu bukan karena beruntung. Itu hasil dari sebuah totalitas usaha. Itu buah dari gabungan antara "keahlian, kerja keras, pantang menyerah, antifrustrasi, tekun, telaten, diiringi dengan jalan yang penuh keprihatinan".

"Jalan penuh keprihatinan" saya masukkan di situ karena semua itu awalnya dari sikap prihatin. Prihatin karena reaktor nuklir di Serpong yang sudah tua itu sering rusak sehingga tidak bisa memproduksi neutron secara kontinu.

Prihatin karena reaktor itu milik lembaga negara, Batan, yang itu di luar wewenang BUMN untuk ikut mengatasi. Apalagi, PT Inuki sendiri baru saja keluar dari kesulitan keuangan yang amat panjang. Sampai-sampai Inuki harus bekerja sama dengan Mesir untuk jaga-jaga kalau reaktor Batan yang di Serpong terus mengalami gangguan.

Prihatin karena Inuki sudah telanjur mengikat kontrak untuk ekspor radioisotop ke berbagai negara yang tidak mampu membuatnya seperti Singapura, Malaysia, dan beberapa negara lainnya.

Prihatin karena membayangkan rumah-rumah sakit akan mengalami krisis radioisotop akibat tidak cukupnya bahan baku berupa neutron itu. Padahal, ilmu kedokteran sekarang sudah amat terikat dengan radioisotop untuk proses MRI dan pendeteksian berbagai penyakit.

Saya pun sempat memutuskan untuk membangun reaktor nuklir yang akan dimiliki Inuki sendiri. Apalagi, kemajuan teknologi nuklir sudah amat berbeda dengan zaman reaktor Serpong itu dibangun 30 tahun lalu.

Menurut Yudiutomo, dirinya bisa membangun reaktor yang ukurannya hanya seperlima dari yang ada di Serpong, tapi memiliki kemampuan produksi 20 kali lipatnya. Tapi, untuk mempersiapkan itu, Yudiutomo dan timnya harus mondar-mandir ke AS, Rusia, dan Eropa. Padahal, perusahaannya tidak punya uang untuk keperluan itu.

Sebagai perusahaan kecil yang baru hidup lagi, uangnya hanya pas-pasan untuk mempertahankan operasinya sehari-hari. Tidak boleh ada biaya perjalanan yang bisa mengganggu kelancaran operasi perusahaan.

Tapi, cita-cita tidak boleh kandas. Harus ada cara untuk mencapainya. Biarpun harus lewat jalan yang berliku. Untuk itu tim Inuki harus "ngamen" lebih dulu.

Kebetulan BUMN memiliki program pengentasan kemiskinan di NTT melalui tanaman sorgum. Para ahli Inuki harus mau jadi penyuluh lapangan, tinggal di NTT beberapa bulan, dan membina anak-anak SMK setempat menciptakan mesin-mesin sederhana pengolahan sorgum.

Untuk itu mereka mendapatkan "upah". Memang tidak besar, tapi bisa untuk ke Amerika. Hasil dari "ngamen" inilah yang dipakai membeli tiket untuk pergi ke sana melakukan penjajakan kerja sama membangun reaktor.

Saya sebenarnya tidak tega untuk minta para ahli yang langka itu harus "ngamen" sampai ke NTT. Tapi, saya juga percaya tidak ada jalan mudah untuk mencapai cita-cita. Saya tidak bisa memerintahkan menggunakan dana perusahaan di luar yang sudah ditentukan.

Saya juga tidak mau minta sumbangan ke BUMN lain yang besar-besar. Karena saya tahu tidak ada pos pengeluaran untuk yang demikian.

Maka, saya salut dengan tim Inuki yang mau menempuh jalan berliku ini. Sekalian tes ketahanan, pikir saya. Untuk mengejar kemajuan, harus bersedia bekerja seperti itu.

Inilah yang saya sebut "jalan keprihatinan". Jalan itu, kalau bisa ditempuh dengan tulus, justru akan menjadi pendorong untuk tercapainya cita-cita. Ia menjadi semacam "tenaga dalam" yang memang tidak kelihatan, tapi bisa menjadi faktor utama tercapainya sebuah sukses.

Dari beberapa perjalanan ke AS, Rusia, dan Eropa itulah, akhirnya Yudiutomo menemukan sesuatu yang ternyata jauh di atas sebuah reaktor nuklir. Dia berhasil mengetahui sebuah penemuan yang masih sangat baru. Belum banyak yang tahu: untuk memproduksi neutron, tidak harus membangun reaktor nuklir! Bisa melalui fusi plasma!

Dia sendiri, sebagai anggota aktif asosiasi ahli nuklir dunia, tidak menyangka ada penemuan sehebat dan semaju itu. Memang pernah diramalkan ilmu pengetahuan akan sampai di sana. Tapi, menurut perkiraan para ahli, hal itu baru akan terjadi tahun 2050!

Setelah tahu perkembangan baru itu, target pun diubah. Bukan lagi membangun reaktor baru, melainkan bagaimana bisa menggandeng perusahaan penemu tersebut. Tapi, apa mungkin?

Yudiutomo punya kelebihan dibanding calon partner lainnya dari seluruh dunia. Dia punya keahlian untuk memproses neutron itu menjadi radioisotop dengan proses yang diizinkan kesepakatan dunia. Yakni sebuah proses yang tidak membahayakan dunia karena tidak memungkinkan berubah menjadi senjata nuklir.

Di seluruh dunia, hanya putra Indonesia Yudiutomo yang bisa melakukan itu. Perusahaan Amerika itu pun tidak bisa melakukannya. Yudi memang satu-satunya ahli nuklir di dunia yang mampu memproses neutron dan uranium dengan sistem yang tidak memungkinkan bahan itu menjadi senjata nuklir.

Tapi, perjuangan tentu tidak mudah. Bagaimana bisa sebuah BUMN Indonesia mengajak kerja sama penemu yang begitu hebat di Amerika. Berkali-kali saya rapat dengan Inuki dan Bahana merumuskan strateginya.

Alhamdulillah, setelah berbagai pertemuan dan diskusi (langsung maupun via e-mail) dilakukan antarnegara, tiga hari lalu jawaban itu tiba: pihak Amerika setuju. Perincian kerja samanya juga sudah disertakan.

Tanggal 16 Juni mendatang, setengah bulan lagi, penandatanganan dilakukan di Madison, Wisconsin, AS. Saya sengaja belum tuliskan banyak detail di sini karena untuk itu akan ada waktunya sendiri.

Saya benar-benar tidak setuju jika ini disebut sebuah keberuntungan. Saya lebih setuju dengan Paulo Coelho yang dalam novel-novel spiritualnya menyiratkan, justru keberuntunganlah yang selalu mencari-cari orang yang bersedia dicipratinya. Tapi sayangnya, "ia" hanya mau mencipratkannya kepada orang-orang yang kuat berjalan jauh dengan totalitas dan ketulusan penuh untuk mendatanginya!(*)

Dahlan Iskan
Menteri BUMN


  JPNN  

 

Populer