Pages

Showing posts with label DI. Show all posts
Showing posts with label DI. Show all posts

PT DI dan Honeywell Aerospace AS Teken MoU

08 November 2014

Modernisasi Alutsista Helikopter BO-105 buatan PT DI pada Indo Defence 2014 Expo. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)

Produsen pesawat PT Dirgantara Indonesia menandatangani nota kesepahaman atau Memorandum of Understanding dengan Honeywell Aerospace asal Amerika Serikat, Jumat (7/11). MoU ini merupakan kerjasama bidang pertahanan antara PT DI sebagai Badan Usaha Milik Negara RI dengan pihak asing.

MoU yang ditandatangani Direktur Niaga dan Restrukturasi PT DI Budiman Saleh dan Presiden Honeywell Indonesia Alex J. Pollack tersebut terkait peningkatan kandungan lokal Indonesia pada produk Honeywell.

Budiman menyatakan PT DI berkomitmen untuk terus meningkatkan kandungan lokal pada produk-produknya sesuai amanat Undang-Undang. “Dengan menggunakan produk Honeywell Indonesia di pesawat PT DI, berarti jumlah peralatan yang dibuat di dalam negeri meningkat,” ujarnya booth Honeywell, Indo Defence 2014 Expo & Forum, JIExpo Kemayoran, Jakarta, Jumat (7/11).

Alex berharap penandatanganan MoU dengan PT DI dapat membuat kedua perusahaan bekerjasama lebih erat untuk mendukung pertahanan nasional RI.

Honeywell adalah penyedia avionik terpadu terkemuka di dunia. Perusahaan yang bermarkas di Phoenix, Arizona, AS, itu menyediakan solusi layanan untuk produsen pesawat, penerbangan bisnis, umum, militer, maupun luar angkasa. Ia pertama kali membuka fasilitas dirgantara di Indonesia pada Oktober 2005 di Pulau Bintan.

Sementara PT DI merupakan badan usaha milik Indonesia yang memiliki catatan cukup membanggakan. Pesawat CN 235-220 produksinya menjadi pesawat kepresidenan di beberapa negara. Pesawat ini pun telah diekspor ke delapan negara, yaitu Malaysia, Korea Selatan, Brunei Darussalam, Thailand, Pakistan, Uni Emirat Arab, Burkinafaso, dan Senegal.

CN 235-220 yang serbaguna menarik perhatian dunia karena memiliki ramp door dan pintu belakang lebar sehingga mampu mempermudah proses pengangkutan dan penurunan kargo.(agk)

  ♞ CNN  

PT.DI dan Bell Helicopter Semakin Erat

06 November 2014

Pada hari ini, Rabu tanggal 5 Nopember 2014, bertempat di Kemayoran Jakarta berlangsung penandatanganan kerja sama antara PT. Dirgantara Indonesia (Persero) (PTDI) dengan Bell Helicopter Textron Inc Amerika Serikat (BHTI) yang meliputi Industrial & Commercial Agreement (ICA) dan Certified Maintenenace Center (CMC) di booth PTDI pada acara pameran Indodefence 2014.

Kerjasama ini diadakan berdasarkan Memorandum of Understanding (MoU) yang sebelumnya telah ditandatangani pada tanggal 2 Agustus 2013 dan Roadmap Scheme Implementation of MoU yang ditandatangani pada 6 Desember 2013. PTDI dan BHTI sepakat untuk melakukan pemasaran dan penjualan bersama, BHTI juga setuju untuk mendukung PTDI sebagai pemasok BELL Tier-1, sebagai Delivery Center, sebagai Service Center Bell dan sebagai pusat kustomisasi untuk Bell 412 yang telah diserahkan ke pemerintah Repubik Indonesia.
Mengenai kerja sama tersebut, Direktur Utama PTDI, Budi Santoso mengatakan bahwa “PTDI bermitra dengan BHTI, sebagai salah satu produsen helikopter terkemuka di dunia merupakan langkah strategis dan antisipatif, karena untuk menjawab kebutuhan pelanggan dan untuk melihat permintaan pasar potensial khususnya potensi pasar domestik”. Kami menyadari bahwa kebutuhan akan helikopter Bell di Indonesia cukup tinggi.

PTDI dan Bell Helikopter Textron telah menjalin kerjasama sejak tahun 1982. Sejak itu PTDI telah memasok Bell 412 kepada Pemerintah Indonesia dan pihak swasta lebih dari 60 unit helikopter. Kenyataan tersebut diperhitungkan akan semakin meningkat di masa mendatang seiring dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi dan permintaan Helikopter untuk tercapainya Minimum Essential Force. Disamping itu helikopter yang saat ini dioperasikan memerlukan dukungan pelayanan purna jual atau pemeliharaan dan perawatan untuk memastikan keandalannya dan meningkatkan keamanannya.


  ★ ARC  

RI Borong 11 Helikopter Rotorcraft Airbus AS565 MBe Panther

05 November 2014

Helikopter itu untuk meningkatkan kemampuan perang anti-kapal selam. http://assets.kompas.com/data/photo/2014/11/05/1232435AS565-MB-Copyright-Marine-Nationale-780x390.jpgHelikopter Airbus AS565 MBe Panther

Pemerintah Indonesia memesan 11 unit helikopter Airbus AS565 MBe Panther yang akan digunakan dalam misi perang anti kapal selam (anti-submarine warfare).

Dengan jadwal pengiriman selama tiga tahun, helikopter AS565 MBe akan dipasok oleh Airbus Helicopters untuk PT Dirgantara Indonesia.

Melalui kesepakatan industri strategis dua mitra ini, Dirgantara Indonesia akan melengkapi rotorcraft ini dengan peralatan penunjang misi, sebelum diserahkan ke Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Laut.

Peralatan tersebut mencakup dipping sonar “Helicopter Long-Range Active Sonar” (HELRAS) dan sistem peluncur torpedo, yang membekali armada itu dengan sistem yang efektif untuk pengoperasian dari daratan maupun kapal.

"Panther kini menjadi salah satu platform ringan/sedang anti-kapal selam yang terbaik di dunia, dengan rangkaian ASW terdepan dan kemampuan untuk beroperasi dari korvet atau fregat kecil," kata Philippe Monteux, Direktur Airbus Helicopters untuk Asia Tenggara dan Pasifik, seperti dikutip dalam rilis yang diterima VIVAnews, Rabu 5 November 2014.

Pesanan ini akan menambahkan armada helikopter rotorcraft Airbus TNI, yang menjaga pertahanan negara di darat, laut, dan udara.

Adapun, tambahan armada ini terdiri dari Colibri EC120 ringan untuk pelatihan; Fennec dan BO-105 untuk misi serang ringan; Panther untuk misi perang anti-kapal selam; serta Puma dan Super Puma yang dioperasikan oleh TNI Angkatan Udara, yang dalam waktu dekat juga akan menerima helikopter EC725 untuk misi pencarian dan penyelamatan.

“Solusi modern dan andal ini memenuhi kriteria kelautan Indonesia dan negara-negara lain di kawasan Asia-Pasifik, berkat kemitraan kami dengan Dirgantara Indonesia dan pemasok sistem terbaik yang ada di industri ini," paparnya.

Sementara itu, Presiden Direktur Dirgantara Indonesia, Budi Santoso, mengatakan perjanjian pemesanan tersebut dilakukan oleh pihaknya sebagai hasil kerja sama dan aliansi strategis yang telah berlangsung lama dengan Airbus Helicopters.

"Kontrak terbaru ini menunjukkan kekuatan dan efisiensi kemitraan komersial dan industrial kami dengan Airbus Helicopters. Bersama-sama, kami dapat menentukan dan memberikan solusi paling modern dan hemat biaya kepada pemerintah Indonesia dan sekaligus menjadikannya bagian dari keterlibatan signifikan industri Indonesia," ujar dia.(ren)
11 Helikopter Airbus untuk Misi Anti-Kapal Selam Indonesia memborong 11 helikopter rotocraft Airbus AS565 MBe Panther pada hari pertama penyelenggaraan Indo Defense 2014, Rabu (5/11/2014). Dengan pembelian ini, Indonesia bermaksud meningkatkan kemampuan misi perang anti-kapal selam.

Dalam pengadaan helikopter ini, Airbus bekerja sama dengan PT Dirgantara Indonesia. Pembuatan beberapa komponen serta perakitan akan dilakukan di dalam negeri dengan lisensi Airbus Helicopters.

Rencananya, kesebelas helikopter itu akan dipasok oleh Airbus dalam jangka waktu tiga tahun. PT Dirgantara Indonesia juga akan melengkapi helikopter dengan peralatan pendukung sebelum diberikan ke Tentara Nasional Indonesia (TNI).

Ada dua peralatan yang akan ditambahkan pada helikopter itu, yaitu dipping sonar Helicopter Long-Range Active Sonar (HELRAS) dan sistem peluncur torpedo. Keduanya bakal membuat helikopter mumpuni untuk operasi darat maupun laut.

Phillipe Monteoux, Direktur Airbus Helicopters Asia Tenggara, menyambut baik pemesanan helikopter ini. Ia mengatakan bahwa AS565 MBe Panther adalah solusi modern dan andal untuk memenuhi kebutuhan Indonesia sebagai negara maritim.

Sementara itu, Presiden PT Dirgantara Indonesia Budi Santoso mengatakan, kerja sama ini adalah wujud dari upaya PT DI untuk memasok kebutuhan alutsista yang hemat sekaligus meningkatkan keterlibatan industri dalam negeri.

Pembelian ini menambah koleksi helikopter rotocraft buatan Airbus milik Indonesia. Unit lain ialah Colibri EC120 ringan untuk pelatihan, Fennec dan BO-105 untuk misi serang ringan, serta Puma dan Super Puma yang dioperasikan TNI Angkatan Udara.

Dalam rilis Airbus hari ini, disebutkan bahwa dalam waktu dekat, TNI AU juga akan menerima helikopter EC725 untuk misi pencarian dan penyelamatan.

  ★ VIVAnews | Kompas  

★ Belly Radome dan Teknologi Radome Buatan Indonesia

01 November 2014

http://jakartagreater.com/wp-content/uploads/2013/08/cn-235-mpa.jpgPenguasaan teknologi sebuah bangsa merupakan pencapaian yang patut dibanggakan. Banyak keun tungan yang bisa didapatkan dengan penguasaan teknologi, antara lain di sisi ekonomi, sosial, maupun kedaulatan bangsa di mata dunia. Ketika Amerika Serikat menjatuhkan embargo kepada Indonesia dengan alasan pelanggaran HAM di Timor Timur di akhir tahun 1990, banyak peralatan militer, pesawat tempur, termasuk pesawat sipil yang tidak dapat dioperasikan. Bila sekarang para engineer PT Dirgantara Indonesia (Persero)(PT DI) menguasai teknologi radome itu bisa dikatakan sebagai berkah di balik embargo yang dijatuhkan AS.

Tim Composite Materials and Structures, Structural Health Monitoring, PT DI, mengatakan latar belakang pengembangan teknologi Belly Radome berawal dari kesulitan yang dialami militer maupun industri penerbangan sipil Indonesia karena embargo AS.
“Embargo yang berlangsung cukup panjang itu mengakibatkan banyak pesawat yang grounded, tidak bisa terbang, salah satunya kerena tidak memiliki radome. Saat itu Amerika Serikat hanya menjatuhkan embargo pada radome, tapi radome merupakan perlengkapan penting bagi penerbangan sebuah pesawat. Tanpa radome sebuah pesawat tidak bisa terbang,” http://jakartagreater.com/wp-content/uploads/2014/10/Tim-Desain-Belly-Radome.jpgTim Design dan Manufacture Belly Radome PT DI.

Kesulitan itu memacu para insinyur PT DI untuk mengembangkan teknologi radome. Hingga pertengahan 2000-an, mereka sudah mampu membuat sendiri radome yang dibutuhkan pesawat.

Tim Design Integration Manager, Design Center Division, Directorate of Technology and Development, menambahkan setelah tidak bisa membeli radome dari AS, Indonesia mulai mencari peluang untuk membeli dari negara lain.

Salah satu perusahaan yang mengajukan penawaran harga untuk pengadaan belly radome adalah RISAC (Research Institute for Special Structures of Aeronautical Composites) dari Republik Rakyat Tiongkok.
“Tapi semurah-murahnya tawaran itu tetap saja jatuhnya mahal bagi Indonesia. Dengan penguasaan teknologi dan kemampuan PT DI membuat radome sendiri, devisa negara yang bisa dihemat sangat besar,” http://jakartagreater.com/wp-content/uploads/2014/10/Belly-Radome.jpgProses pembuatan cetakan Belly Radome

Belly Radome merupakan komponen pesawat terbang yang bermakna radome, dipasang di bagian bawah (perut- belly) pesawat terbang. Sedangkan radome merupakan singkatan dari Radar Dome yang berarti kubah penutup antena radar.

Secara teknis Belly Radome didefinisikan sebagai penutup antena radar guna melindungi fungsinya dari gangguan sekitar dengan memperhatikan bentuk, kekuatan struktur dan efisiensi transmisi gelombang radar. Belly Radome yang telah didesain dan dibuat di PT DI telah dipasang pada empat pesawat CN 235-110 KCG (Korea Coast Guard) pada 2010 dan satu unit CN 235-220 Patmar (Patroli Maritim) TNI-AL. Diren canakan dua lagi akan dipasang di pesawat TNI-AL. Belly Radome didesain menggunakan konsep yang dikembangkan sendiri oleh PT.DI berdasarkan pengalaman dan pengetahuan yang telah ada.

Belly Radome merupakan salah satu bentuk radome yang ada. Teknologi radome adalah teknologi pembuatan penutup radar yang bisa ditempatkan di mana saja, termasuk di darat maupun di kapal. Selain Belly Radome, PT DI juga sudah bisa membuat Nose Radome yang dipasang pada hidung pesawat NC 212. Nose Radome dibuat untuk menutupi radar yang terletak di bagian depan pesawat. Belly Radome untuk menutup radar di perut pesawat yang biasa berfungsi mendeteksi keberadaan suatu objek pada jarak sampai 300 mil. Jadi radome itu menutup antena yang ukurannya 30 cm x 94 cm yang bisa berputar hingga 360 derajat.

Ada beberapa prinsip yang harus dipenuhi sebuah Belly Radome. Pertama harus memenuhi prinsip aerodinamika. Teknologi radome bermanfaat sebagai penutup dari antena radar bentuknya harus mulus karena aliran udara di sekitarnya harus mulus. Kedua, secara struktur harus kuat. Pasalnya radome ini menonjol keluar maka dia harus tahan terhadap air hujan, batu, lemparan dan gumpalan es. Ketiga, secara material harus memakai material-material yang khusus, salah satunya, kevlar (bahan anti peluru) yang berbahan ringan tapi kuat.

Keempat, harus bagus secara elektromagnetik. Antena radar memancarkan sinyal elektromagnetik tapi ditutupi radome. Meskipun ditutupi, sinyalnya harus bisa menembus radome dengan baik.
“Ada semacam paradoks di sini. Radome harus kuat tapi juga harus bisa ditembus sinyal elektromagnetik dengan mudah. Di lain pihak dia harus kuat untuk bisa melindungi antena radar yang ada dibaliknya” http://jakartagreater.com/wp-content/uploads/2014/10/EMF.jpgTempat pengujian electromagnetic PT DI

Belly Radome harus memenuhi persyaratan MIL-R-7705B. Untuk kasus ini dipilih Belly Radome type III, grade A, class I dan Style C. Type III artinya narrow band radome, digunakan pada frekuensi gelombang mikro pada bandwith kurang dari 0.10 Grade A artinya primary radome, kerusakan yang terjadi dapat memengaruhi kelaikan operasi pesawat terbang, keamanan orang, kehilangan atau kerusakan antena. Class I artinya radome untuk pesawat udara.

Style C artinya struktur sandwich. Dinding radome tersusun atas tiga lapisan yaitu dua skin dan core material. Konstanta dielektrik bahan skin materials lebih tinggi dibanding konstanta dielektrik bahan core.

  ★ ristek  

Kebangkitan PTDI, Ekspor Pesawat Made in Bandung ke ASEAN

20 October 2014

//images.detik.com/content/2014/10/20/1036/121154_sesfinishingdihanggar.jpgCN235 sedang dalam penyelesaian di hanggar PTDI (Foto: Feby/detikFinance)

PT Dirgantara Indonesia (PTDI) pernah mengalami keterpurukan pasca reformasi atau krisis ekonomi 1998. Saat periode sulit, ribuan karyawan BUMN produsen pesawat ini harus diberhentikan.

Selain itu, PTDI terlilit berbagai macam utang. Namun mulai tahun 2010 ke atas atau pasca program restrukturisasi, PTDI mulai beranjak dari lobang keterpurukannya.

Produk pesawat karya anak bangsa ini mulai dilirik oleh negara Asia Tengga (ASEAN). Pada penghujung tahun 2013, perseroan berhasil menjual 2 unit pesawat baling-baling tipe NC212i kepada militer Filipina. Nilai kotrak 2 unit NC212i sebesar US$ 18 juta.

"Kita menang 2 unit NC212i di proyek Light Lift Aircraft nilai budget US$ 18 juta," kata Direktur Niaga dan Restrukturisasi PTDI Budiman Saleh.

Kabar gembira kembali hadir pada bulan September 2014, PTDI berhasil menjadi pemenang pengadaan pesawat untuk Thailand. PTDI menjual burung besi buatan Bandung tipe CN235-200 M senilai US$ 31,2 juta.

Tidak hanya menjual pesawat, PTDI juga menjadi pemasok komponen-komponen untuk produsen pesawat dunia, Airbus dan Boeing. Tipe pesawat yang komponennya dibikin oleh PTDI, antara lain: A380, A320, A330, A350, hingga Boeing 747.

Selain ke luar negeri, PTDI mulai kebanjiran order pesawat dan helikopter dari TNI. Pada tahun 2013, PTDi berhasil mencatat laba bersih Rp 10,27 miliar sedangkan target perolehan laba hingga akhir tahun 2014 senilai Rp 66,54 miliar.

PTDI sendiri pada tahun 2015 berencana meluncurkan pesawat penumpang varian terbaru yakni N219. Selain itu, PTDI bersama Kementerian Pertahanan tengah mengembangkan pesawat tempur generasi 4.5. Pesawat ini diberi nama jet tempur KFX/IFX.
"Pak Jokowi, Kalau Bisa Mampir ke PTDI" //images.detik.com/content/2014/10/20/1036/152338_helikopterbellpesanantniad.jpgBadan Usaha Milik Negara (BUMN) produsen pesawat terbang, PT Dirgantara Indonesia (Persero) memiliki harapan besar kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK).

PTDI yang punya program pengembangan pesawat komersial dan militer ini berharap presiden baru RI tersebut bisa mampir untuk menengok fasilitas pengembangan dan pembuatan pesawat di Bandung, Jawa Barat.

"Belum pernah ketemu Pak Jokowi. Pak Jokowi kalau bisa mampir melihat PTDI," kata Direktur Teknologi dan Pengembangan PTDI Andi Alisjahbana di Kementerian BUMN, Jakarta, Senin (20/10/2014).

Proyek terdekat yang dikembangkan PTDI adalah pesawat penumpang berbadan kecil, N219. Pesawat ini rencananya diluncurkan ke publik (roll out) mulai tahun depan.

"Kita akan aplikasi sertifikasi. Dilakukan di Kemenhub mulai awal tahun hingga tahun 2017. Sertifikasi perlu 3 tahun setelah itu langsung produksi," jelasnya.

Proses penjualan pesawat tentunya membutuhkan dukungan pemerintah seperti skema pembiayaan dari perbankan lokal layaknya diterima oleh produsen pesawat dunia.

"Kita belum mampu beri financing tapi kalau Lion beli pesawat dari Boeing, dia ada financing dari pemerintah AS," paparnya.

Andi mengaku pesawat N219 saat ini telah dilirik oleh beberapa maskapai dan pemerintah daerah. PTDI mengantongi niat pembelian (letter of intent) sebanyak 150 unit.

Burung besi N219 dipatok US$ 4 juta sampai US$ 5 juta per unit. Saat ini komponen lokal baru sekitar 40%.

"Yang letter of intent ada 150. Kemarin dapat order dari Pemda, Lion Group dan PT NBA (Nusantara Buana Air)," jelasnya.(feb/ang)


  detik  

★ Uji Dinamis Roket Oleh Dislitbangau Di Lanud Iwj

15 October 2014

Roket FFAR MK. 4 MOD. 10 produksi PT. Dirgantara Indonesia Tim Dislitbangau bersama teknisi Skadron Udara 14 melakukan pemasangan roket jenis FFAR MK. 4 MOD. 10 pada pesawat F-5 Tiger, di Hanggar Skadron Udara 14 Lanud Iswahjudi, Selasa (14/10).
T
im dari Dinas Penelitian dan Pengembangan Angkatan Udara (Dislitbangau) yang dipimpin oleh Sesdislitbangau Kolonel Tek Suharto, memaparkan produk yang akan di uji coba sebelum pelaksanaan uji dinamis Roket, diterima langsung oleh Komandan Lanud Iswahjudi Marsekal Pertama TNI Donny Ermawan T., M.D.S., didampingi para Pejabat Lanud Iswahjudi, di Ruang Rapat Malanud Iswahjudi. Selasa, (14/10).

Dalam paparan tersebut disampaikan bahwa Roket jenis FFAR MK. 4 MOD. 10 buatan PT. Dirgantara Indonesia, akan diuji dengan menggunakan pesawat tempur F-5 Tiger dalam waktu dekat. Oleh karena itu, sebelum pelaksanaan uji coba, Tim dari Dislitbangau memaparkan produk yang akan diuji guna menyamakan persepsi terhadap hasil penelitian dan pengembangan yang telah dilakukan oleh Dislitbangau dengan satuan pengguna, sehingga akan diketahui hal-hal yang perlu mendapat perhatian.

Sementara itu, Komandan Lanud Iswahjudi Marsekal Pertama TNI Donny Ermawan T., M.D.S., merasa bangga dan mendukung pelaksanaan uji dinamis Roket jenis FFAR MK. 4 MOD. 10 buatan PT. Dirgantara Indonesia, atas hasil yang telah dicapai oleh Dislitbangau, karena hal ini merupakan upaya mengurangi ketergantungan terhadap produk-produk Luar Negeri dan sebagai wujud kemandirian terhadap industri di tanah air.

Selanjutnya, Tim Dislitbangau akan mulai melakukan latihan uji statik roket jenis FFAR MK. 4 MOD. 10 yang dipasang disayap pesawat F-5 Tiger untuk selanjutnya dilakukan proses kerjanya sesuai prosedur yang berlaku.

  ★ TNI AU  

PT DI interested to supply two ASW choppers for Philippine

12 October 2014

Firms from Italy, Indonesia, Israel interested to supply two anti-submarine choppers Panther Helicopter from PT DI [google]

In a pre-bid conference for the procurement of two anti-submarine warfare (ASW) helicopters held Tuesday, October 7, four prospective bidders attended. AugustaWestland, PT Dirgantara Indonesia, Israel Aerospace Industries and the partnership of Bell Helicopter Asia (PTE) Ltd. and Serpenair Group Inc. attended the conference.

First stage bidding will be held on October 21. Firms mentioned above are expected to submit their individual bid for the PhP 5.4 billion helicopter procurement project.

Under Medium Term Development Capability Plan of AFP Modernization program, winning bidder must deliver goods within seven hundred thirty days after receiving the notice to proceed.

Early report said that AgustaWestland is a strong contender in the said project and will offer it’s AW-159 “Wildcat”. AgustaWestland is the manufacturer of Philippine Navy and Air Force’s armed AW-109 to be delivered before the year ends.

Specification of two ASW choppers includes endurance of at least two hours in ASW configuration, range of 240 nautical miles in full ASW configuration and has Identification Friend or Foe (IFF)/Selective Identification Feature (SIF).


  ★ angmalaya  


N219 Sudah Mulai Dibuat

10 October 2014

Rancangan dibuat sesederhana mungkin agar mudah dioperasikan. Dua prototipe ditargetkan kelar pada 2015. Oktober ini juga mesin, avionik serta baling-baling sudah akan tiba dan siap pasang. Dari 145 unit yang dipatok untuk mencapai titik impas modal, dua perusahaan dikabarkan telah memesan 130 unit.Ilustrasi N219

Pesawat turboprop 19 kursi yang telah digadang-gadang jadi tulang punggung pengikat daerah-daerah terpencil di Indonesia, akhirnya mulai dibuat. Penekanan tombol mesin pemotong metal Quaser MV 184 oleh Dirut PT Dirgantara Indonesia Budi Santoso dan Kepala Lapan Thomas Djamaluddin, Selasa, 9 September silam di Hanggar Machining PT Dirgantara Indonesia, Bandung Jawa Barat, secara simbolik menghidupkan deretan mesin serupa yang telah disiapkan mencetak ribuan komponen pesawat ini.

Komponen pertama yang dicetak, yakni center post atau tulang bagian tengah jendela kokpit, selanjutnya dipertunjukan kepada hadirin dan wartawan. Chief Engineer N219, Palmana Banandhi mengungkap, struktur pesawat badan kecil seratus persen karya Anak Bangsa ini akan terdiri dari lima ribu jenis komponen, dan seluruhnya akan dikerjakan di DI. Ia optimis dua prototipe akan rampung sebelum akhir 2015, dan akan segera disertifikasi kelayakan terbangnya pada 2016.

Bagi DI, pembuatan pesawat ini merupakan momen yang amat ditunggu-tunggu. Pasalnya, sejak desainnya diperkenalkan pada 2000-an, kabar tentang pembuatannya tak kunjung pasti oleh sebab ketiadaan anggaran. Masalah baru terpecahkan setelah Lapan mengajukan konsep win-win solution lewat kewenangan yang dimilikinya sebagai lembaga litbang kedirgantaraan. Pemerintahan SBY pun setuju menggelontorkan Rp 400 miliar pada tahun anggaran 2014-15, khususnya setelah Lapan menyanggupi 40 persen dari pesawat ini merupakan local content.

“Pekerjaan ini kami limpahkan ke Pusat Teknologi Penerbangan yang baru saja dibentuk. Namun karena mereka belum memiliki tenaga ahli yang cukup, teknik pelaksanaannya di-subkontrakkan ke DI. Lewat kerjasama ini lah selanjutnya kami bisa belajar banyak bagaimana merancang pesawat. Ahli Pustekbang sendiri cukup intens melakukan berbagai uji di fasilitas terowongan angin Lapan dan laboratorium uji konstruksi BPPT di Serpong, Tangerang,” kisah Drs. Bambang S. Tedjasukmana, Dipl.Ing, kepada Angkasa, tahun lalu ketika masih menjabat Kepala Lapan.

Selain seluruh rangka dan lempeng kulit yang akan dicetak sendiri di DI, berbagai industri lokal dikatakan telah dikontak untuk ikut serta dalam pembuatan kaca jendela, avionik, roda pendarat, kursi, bahkan radar. DI sendiri sudah memilih Garmin G1000 untuk avionik N219, namun untuk pengembangan selanjutnya tak tertutup kemungkinan menyertakan industri lokal seperti PT Infoglobal Teknologi Semesta dari Surabaya.

“N219 adalah pijakan bagi kebangkitan teknologi Indonesia. Untuk tahap pertama ini kami dapat kontrak pembuatan ECU untuk flap controller dan simulator. Semoga pada tahap selanjutnya kami bisa terlibat lebih banyak,” ujar Dirut ITS, Adi Sasongko.

 Bersaing dengan Twin Otter 

2015 sendiri tinggal selemparan batu. Akankah pesawat ini kelar sesuai janji? Kepada Angkasa, Direktur Teknologi dan Pengembangan DI, Dr. Andi Alisjahbana menjawab, “Kenapa tidak?” Ia yakin selesai mengingat tak ada yang merepotkan dalam pembuatannya. Teknologi sudah dibuat sesederhana mungkin. Sedemikian sederhananya, sampai-sampai pesawat ini tak saja mudah diterbangkan, tetapi juga mudah dirawat oleh teknisi di daerah. (Adrianus Darmawan)


  Angkasa  

Bung Tomo Class akan dilengkapi Helikopter ASW Panther

09 October 2014

Ujicoba touch & go di KRI TOM (pelisaurus/supermarine)

Sumber dari Angkatan Laut Indonesia mengatakan kepada IHS Jane di Surabaya, bahwa TNI AL akan melengkapi tiga korvet nya Bung Tomo Class dengan helikopter dari Airbus AS565 Panther, helikopter anti-kapal selam (ASW), pada tanggal 6 Oktober di Surabaya, Indonesia.

KRI Bung Tomo (357) melakukan ujicoba dengan AS365N Dauphin 2 pada tanggal 29 September. Ujicoba, yang termasuk operasi pendaratan touch and go, dilaut Jawa Tengah menjelang perayaan Hari Angkatan Bersenjata Indonesia pada tanggal 7 Oktober.

Menurut sumber, Dauphin 2 yang terlibat dalam ujicoba baru-baru ini, merupakan pinjaman dari Badan SAR Nasional (BASARNAS). Namun, ujicoba dilakukan dengan warna helikopter TNI AL untuk "menjaga latihan seperti realistis," kata sumber itu.

"Helikopter AS365N Dauphin 2 mirip dengan Panther AS565 dalam hal aspek fisik dan operasional. Ujicoba dengan AS365N yang dilakukan secara progresif pada korvet Bung Tomo Class dengan tujuan membiasakan penggunaan helikopter Panther AS565 ketika tiba", kata sumber itu. "Sambil menunggu helikopter Panther tiba, awak kapal sedang dibiasakan untuk beroperasi dengan helikopter sejenis".

TNI-AL mengumumkan bulan Mei 2014 bahwa akan memperoleh 16 helikopter AS565 Panther yang akan dikonfigurasi untuk ASW. Beberapa platform akan digunakan pada korvet Sigma 10514 dengan dipandu dengan rudal.

Keputusan untuk membeli AS565 itu atas rekomendasi produsen pesawat milik negara PT Dirgantara Indonesia (PTDI), yang akan terlibat dalam produksi helikopter maupun pemasangan alat anti kapal selam. Tidak ada informasi perihal jadwal pengiriman helikopter tersebut.[IHS Janes]



  Garuda Militer  

Kesepakatan tahap II program pesawat KFX / IFX

05 October 2014

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg2wiPPePApp5Rb5miB9q57dtCb89VRIjnLMZ22Va_BFafCE3gAT2yi5TmDr9riZrWYx823NyKMUeA6_kAEliS0rasanMeCGIM6iJfHH31fWrdBvcZAAYWBq7fX6-RfXJlt-j7R4ic1i80/s1600/RIkfx.jpgIndonesia dan Korea Selatan diperkirakan akan mencapai kesepakatan pada fase kedua pengembangan bersama dan produksi jet tempur KFX / IFX, langkah itu akan menandai lambang kemitraan strategis kedua negara, kata utusan Korea Selatan.

Tiga fase Pengembangan jet tempur KFX / IFX adalah pengembangan teknologi (TD), rekayasa dan pengembangan manufaktur (EMD) dan produksi bersama dan pemasaran.

Tahap TD itu disimpulkan pada Desember 2012, Sejumlah insinyur dari BUMN PT Dirgantara Indonesia (PT DI) dan petugas dari Angkatan Udara Indonesia akan ke Korea Selatan untuk membahas sejumlah isu pembangunan kerjasama dengan Korea Selatan.

Duta Besar Korea Selatan untuk Indonesia, Cho Tai-young mengatakan negosiasi proyek sudah intensif, meningkatkan harapan kesepakatan dapat segera tercapai.

"Jika negosiasi berjalan lancar, bisa disimpulkan bulan depan," kata Cho.

Menurut Cho, kedua negara sudah mengembangkan kerjasama yang sangat dekat dalam industri pertahanan sejak tahun 1970-an. Oleh karenanya, proyek jet tempur menandai lambang kemitraan strategis Korea Selatan dengan Indonesia sebagai dua negara yang berkomitmen untuk merancang dan mengembangkan pesawat jet tempur baru.

"Saya akan berusaha keras selama masa saya di sini, untuk menyelesaikan apa yang telah direncanakan," ujar Cho Kepada The Jakarta Post dalam sebuah wawancara menjelang Hari Nasional Korea Selatan, 2 Oktober.

Kedua negara menandatangani letter of intent (LoI) untuk mengembangkan KFX / IFX pada tanggal 9 Maret 2009. Perjanjian tersebut ditandatangani pada tahun 2012 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Presiden Korea Selatan, Lee Myung-bak kemudian.

Indonesia akan membayar hingga 20 persen dari US$ 5 Billion, sedangkan pemerintah Korea Selatan dan Korea Aerospace Industries (KAI) akan membayar masing-masing 60 persen dan 20 persen.

Pesawat tempur KFX / IFX dibayangkan sebagai pesawat tempur generasi berikutnya untuk tahun 2020, dirancang dengan satu kursi, twin engine jet tempur dengan kemampuan di bawah pesawat buatan Amerika, Lockheed Martin F-35 Lightning II, tetapi melampaui Lockheed F-16 Fighting Falcon.

Selain proyek KFX / IFX, dua negara akan terus bertukar informasi tentang sistem senjata dan produk pertahanan untuk menemukan peluang kerjasama di masa depan.

Cho menyebutkan pertemuan kerjasama pertahanan di adakan di Jakarta, ketika perusahaan pertahanan Indonesia dan Korea membahas kerjasama produk masa depan mereka.

Cho menambahkan, pemerintah Korea memahami kebijakan industri pertahanan Indonesia.

Ini adalah alasan mengapa Seoul ingin fokus pada transfer teknologi dan pembangunan bersama program seperti KFX / IFX. Setelah selesainya pembangunan KFX / IFX, Kedua negara mungkin akan membentuk perusahaan patungan. "Ada banyak kemungkinan," katanya.

Korea Selatan telah mengembangkan berbagai sistem senjata yang dibutuhkan angkatan bersenjatanya. Juga telah mengimpor senjata dari negara-negara maju.

Dalam hal ini, Korea Selatan bisa membantu Indonesia dalam berbagai isu, termasuk berbagi pengalaman dalam rangka untuk meminimalkan trial-and-error dalam pengembangan berbagai sistem senjata.

"Saya ingin mengatakan bahwa Republik Korea adalah mitra terbaik bagi Indonesia," katanya.

Pada pengadaan sistem senjata, Cho mengatakan Korea Selatan membeli delapan CN-235 pesawat transportasi menengah yang dibuat oleh PT DI untuk Angkatan Udara Korea Selatan. Sejauh ini, belum ada rencana untuk menambah pesanan dari Indonesia.

"Tapi kami akan melanjutkan kerjasama sistem pertahanan persenjataan," Cho menambahkan.

Korea Coast Guard telah menerima empat CN-235 pesawat patroli maritim dari PT DI.

Pada pembangunan tiga kapal selam kelas Chang Bogo, Cho mengatakan, itu akan dilakukan di Korea Selatan dan teknisi Indonesia akan pergi ke sana untuk pelatihan.

Insinyur dari galangan kapal milik negara PT PAL Indonesia akan dikirim ke Korea Selatan untuk mempersiapkan membangun kapal selam ketiga, yang rencananya akan dilakukan PT PAL di Surabaya.

» RI dan Korea Selatan mencapai kesepakatan pada bulan September, akan segera memulai tahap kedua program jet tempur KFX/IFX.

» "Kedua negara negara juga Terlibat dalam program lain, membangun tiga kapal selam kelas Chang Bogo.[thejakartapost]


  ♞ Garuda Militer  

CN235 Bisa Lacak Keberadaan Kapal Selam

03 October 2014

PT DI akan kembangkan CN235 NextG https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg9sHY9orxGsiPKAz9Z8-PTcIMrLVnbt19DCgkZUX7XkrPdd8vmNkr2KtaAF_e1rn7bmLziTGEIbFzp3_0a9BZnMeklr8cjBi0zWWwDJ6kWL9eHufDj3zXG34gLVVXRS7GPiqP6LK4BraE/s1600/d1br.jpgCN 235 Patmar

PT Dirgantara Indonesia (PTDI) meningkatkan kemampuan salah satu produk unggulannya yakni pesawat baling-baling CN235 dengan teknologi Anti-Submarine Warfare (ASW). Pesawat CN235 ini bisa dilengkapi oleh sonar dan radar khusus yang mampu mendeteksi keberadaan kapal selam.

"Kita coba anti submarine di pesawat CN235. Kita upgrade menjadi anti submarine. Dia bisa deteksi kapal selam," kata Direktur Niaga dan Restrukturisasi PTDI Budiman Saleh kepada detikFinance, Jumat (3/10/2014).

Selain dilengkapi teknologi anti kapal selam, CN235 bisa dipasang torpedo. Teknologi anti kapal selam ini baru terpasang pada pesawat CN235 yang dibeli dan dimiliki oleh militer Turki.

"Kita ujicobakan pada CN235 di Turki," sebutnya.

Budiman menjelaskan insinyur PTDI memiliki kemampuan di bidang rekayasa atau pengembangan pesawat. Dengan kemampuan itu, para insinyur mampu meningkatkan kemampuan CN235 yang awalnya merupakan produk kerjasama PTDI dan Cassa Spanyol (sekarang Airbus Military) tersebut.

"Kita banyak buat rekayasa, itu justru bikin nilai lebih tinggi. Itu dilakukan dari Bandung semua," sebutnya.

Dengan nilai tambah ini, harga pesawat pun bisa melonjak. Varian termahal seperti CN235 MPA. Pesawat yang biasa digunakan untuk patroli laut atau marine patrol ini telah dipakai militer Indonesia dan penjaga pantai Korea Selatan.

"CN235 sangat variatif harganya. Minimal US$ 28 juta. Itu sangat basic sedangkan untuk yang kompleks bisa US$ 55 juta," jelasnya.

PTDI berencana mengembangkan varian CN235 next generation (nextG). Nantinya kapasitas penumpang akan dinaikkan. Pesawat, CN235 nextG ini, menggunakan sistem navigasi dan komunikasi digital dan glass cockpit technology.(feb/ang)



  detik  

★ PT DI Kirim Pesawat Pembuat Hujan ke Thailand

25 September 2014

NC212-400

PT Dirgantara Indonesia (Persero) segera akan mengirimkan satu unit pesawat jenis NC212 seri 400 ke negeri gajah putih Thailand.

Direktur Komersial dan Restrukturisasi PT DI Budiman Saleh, menuturkan, rencananya perseroan akan mengirim NC212-400 sekitar akhir September atau awal Oktober tahun ini. "Ini adalah pesawat yang diperuntukkan untuk agrikultur," kata dia kepada Kompas.com, Rabu (23/9/2014).

Dari catatan Kompas.com, hingga 2012 lalu, PT DI telah memproduksi sebanyak 104 unit NC212. NC212 ini merupakan pesawat multiguna yang mampu membawa 20 penumpang atau muatan 2.000 kilogram. NC212 seri 200 dan 400 dapat digunakan sebagai pembuat hujan (agrikultur), patroli maritim, dan penjaga pantai.

Kementerian Pertanian Thailand menggunakan NC212 sebagai pembuat hujan. Sementara TNI AL Republik Indonesia menggunakan seri 200 sebagai patroli maritim selain CN235. Budiman menambahkan, ada satu unit pesawat lagi yang baru saja ditandatangani kontraknya pada pekan lalu. Pesawat berjenis CN235 ini merupakan jenis pesawat multiguna. "Ibaratnya, satu pesawat tapi memiliki lima kemampuan konfigurasi," tutur Budiman.

Pesawat CN235 memiliki kemampuan untuk VIP configuration, yang bisa digunakan untuk para pejabat. Adapun kegunaan kedua adalah medical evacuation, di mana kursi VIP bisa dirombak untuk keperluan evakuasi korban bencana.

Pesawat ini juga bisa digunakan untuk mengangkut kargo. Kegunaan keempat, CN235 bisa digunakan untuk mengangkut penumpang untuk keperluan kepolisian, untuk keperluan terjun payung.

Asal tahu saja CN235 menjadi salah satu produk unggulan PT DI. Catatan Kompas.com, hingga 2012 ada sebanyak 62 unit pesawat jenis ini yang telah diproduksi, dari kontrak sebanyak 262 unit. CN235 mulai dirancang bangun sejak 1979 bersama CASA.

Pesawat ini memang dirancang multiguna, mampu melakukan take off dan landing di landasan pendek serta di landasan perintis sepanjang (800 meter). Pesawat CN235 telah diproduksi dengan berbagai varian, dengan varian pertama seri 10 dan 100. Sementara itu, varian terakhir menggunakan 2 mesin buatan GE tipe CT7-9C yang masing-masing berdaya 1.750 SHP.

  Kompas  



Pesawat CN235 Buatan Bandung Pesanan Thailand

23 September 2014

//images.detik.com/content/2014/09/23/1036/cn235.jpgPesawat CN235 buatan PT Dirgantara Indonesia (PTDI) yang diproduksi di Bandung punya beragam fungsi. Bagaimana penampakannya?

Jumat pekan lalu, PTDI mendapatkan pesanan 1 unit pesawat tipe CN235-220M dari Thai Aviation Industries Co. Ltd (TAI), untuk diserahkan kepada Royal Thai Police. Pesawat ini istimewa karena memiliki multi fungsi.

Satu pesawat CN235 ini akan memiliki beberapa paket konfigurasi yaitu untuk penumpang, VIP/VVIP, penerjun, kargo, atau menjadi medical evacuation (ambulan udara). Namun untuk pesanan Thailand, pesawatnya memiliki semua fungsi tersebut. Semua fungsi bisa dipasang sesuai dengan kebutuhan.

Nilai kontrak untuk 1 unit pesawat CN235-220M ini sebesar US$ 31,2 juta atau Rp 343 miliar, dengan nomor kontrak 0006/PTD/UT0000/09/2014 tanggal 19 September 2014.

Berikut penampakan fungsinya, seperti disampaikan PTDI, Selasa (23/9/2014).
1. Denah Pesawat //images.detik.com/content/2014/09/23/1036/112921_cn1.jpgPesawat CN235-220 buatan PTDI pesanan TAI tersebut, dilengkapi pintu depan yang bisa dipakai sebagai tangga untuk VIP/VVIP, dan pintu belakang khusus yang dibuka ke arah dalam dan cukup besar untuk dipakai saat operasi terjun payung.

Sementara ramp door tetap ada sebagai perlengkapan standar untuk keluar masuk barang, yang ukurannya cukup besar atau kendaraan kecil.
2. Ruang VVIP //images.detik.com/content/2014/09/23/1036/113008_cn2.jpgTak kalah dengan pesawat lainnya. Pesawat CN235 buatan PTDI yang dipesan oleh Thailand memiliki ruang khusus untuk VIP/VVIP.

Bisa dilihat di gambar tersebut, tempat duduk khusus untuk penumpang VVIP yang tampak seperti di dalam pesawat jet pribadi.
3. Tempat Duduk Penumpang //images.detik.com/content/2014/09/23/1036/113040_cn3.jpgCN235 ini merupakan pesawat yang dibuat BJ Habibie dan mulai dikembangkan 1979, sementara diperkenalkan ke publik pada 1983.

Pesawat CN235-200M yang dipesan oleh Thailand Jumat pekan lalu, juga bisa dipasang untuk konfigurasi penumpang biasa. Terlihat nyamannya kursi penumpang dalam gambar.
4. Keperluan Militer //images.detik.com/content/2014/09/23/1036/113112_cn5.jpgPesawat CN235-200M yang dipesan oleh Thailand juga bisa digunakan untuk konfigurasi misi militer.

Terlihat dalam gambar, konfigurasi pesawat tersebut untuk kebutuhan militer, khususnya untuk misi penerjunan.
5. Barak Militer //images.detik.com/content/2014/09/23/1036/113919_cn7.jpgDalam misi militer, pesawat tersebut juga bisa difungsikan untuk menjadi barak militer.

Terlihat pemasangan tempat tidur untuk tentara di dalam pesawat tersebut. Pesawat pesanan Thailand ini memiliki multi fungsi yang bisa diubah sesuai kebutuhan.
6. Pintu Besar di Belakang //images.detik.com/content/2014/09/23/1036/113942_cn8.jpgPesawat pesanan Thailand ini memiliki pintu yang besar di bagian belakang.

Fungsi pintu ini, selain untuk masuknay kargo atau barang, juga bisa untuk keperluan penerjunan pada misi militer.

  ★ detik  
 

Populer