Pages

Sangeang Meletus

01 June 2014


Dua Bandara Ditutup Sangeang Meletus, Dua Bandara DitutupPemerintah menutup operasional dua bandara terkait letusan Gunung Sangeang. Keduanya adalah Bandara Tambolaka, Sumba Barat Daya dan Bandara Eltari, Kupang, Nusa Tenggara Timur. “Untuk alasan keamanan,” ujar Juru Bicara Kementerian Perhubungan, J.A. Barata ketika dihubungi, Sabtu, 31 Mei 2014.

Barata menjelaskan, kedua bandara terpaksa ditutup mengingat debu letusan gunung Sangeang masih berpotensi mengganggu penerbangan. Pergerakan debu hingga kini terus dipantau dan segera disebarluaskan kepada seluruh maskapai agar bisa dijadikan panduan. “Sejak kemarin sudah ada enam ashtam (peringatan untuk mewaspadai pergerakan debu--red),” kata dia.

Akibat penutupan tersebut, sebanyak 15 jadwal penerbangan di Bandara Eltari terpaksa dibatalkan. Bahkan, sejumlah maskapai di bandara lain terpantau ikut membatalkan jadwal penerbangan seperti yang tampak di Bandara Ngurah Rai, Bali, dan Bandara Internasional Lombok. “Khususnya untuk rute yang melintasi sekitar Sumbawa,” ujarnya.

Menurut Barata, rute penerbangan itu sebenarnya tidak relatif aman lantaran jauh dari jangkauan debu vulkanik. Namun para pemilik maskapai memilih untuk tidak menerbangkan pesawat mereka karena alasan keamanan. “Belum bisa diperkirakan berapa nilai kerugian akibat itu. Kami masih fokus untuk memberi panduan dan peringatan,” katanya.

Letusan Gunung Sangerang terjadi kemarin sore. Gunung yang terletak di sebelah Timur pulau Sumbawa itu melontarkan debu vulkanik hingga ketinggian 3 kilometer. Tidak ada korban akibat letusan tersbut. Hanya saja, pergerakan debu ikut berdampak di lima kabupaten lain seperti Manggarai Barat, Manggarai, Sumba Timur, Sumba Tengah dan Sabu Raijua.
14 Hilang, 3.000 Mengungsi Gunung Sangeang Meletus, 14 Hilang, 3.000 MengungsiSebanyak 14 warga hilang dan 3000 orang menjadi pengungsi setelah Gunung Sangeang Api, Wera, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat, meletus untuk kedua kalinya, Sabtu, 31 Mei 2014, pukul 01.20.

Petugas Palang Merah Indonesia (PMI) Kabupaten Bima, Suryadin, mengatakan saat ini petugas gabungan sedang mencari 14 warga yang hilang tersebut.

Berdasarkan laporan keluarga yang kehilangan anggotanya, nama-nama warga hilang kemudian diumumkan di posko yang ada di lapangan Tawali, sekitar 10 kilometer dari Sangeang daratan.

"Mereka tercerai-berai saat Sangeang meletus. Semua panik. Ledakan susulan Sangeang ini di luar dugaan kami," kata Suryadin.

Suryadin memperkirakan pengungsi berjumlah 3.000 jiwa. Mereka berasal dari Sangeang Pulo, Sangeang Darat, Desa Tadewa, Desa Hidirasa, Desa Tawali dan Oi Tui, dan sekitarnya. Ada juga yang berasal dari Desa Pai dan Desa Poja, Kecamatan Sape.

Petugas kesulitan mendapatkan data jumlah pengungsi yang akurat karena Sangeang Api meletus lebih cepat dari perkiraan. Ia menyebutkan rentang waktu dari masa waspada ke siaga. Pergantian status dari waspada ke siaga cuma beberapa jam.

"Hal ini di luar prediksi kami. Waktu meletus yang tiba-tiba saat tengah malam, pada saat orang tertidur, membuat ribuan warga tak siap sehingga sebagian dari mereka tercerai-berai," kata dia.

Personel PMI dan elemen tim penolong lainnya terus mendata jumlah pengungsi. Banyak warga mengungsi ke Kota Bima karena merasa fasilitas dan persediaan logistik di sana lebih memadai.
Bandara Komodo Ditutup 15 Ribu Warga di Sangeang Api Siap MengungsiMeletusnya Gunung Sangeang di Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB), mengakibat Bandara Komodo di Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT), ditutup. Penyebabnya hujan abu yang melanda wilayah itu.

"Bandara Komodo untuk sementara ditutup, karena hujan abu vulkanik dari Gunung Sangeang," kata Kepala Angkasa Pura I Bandara El Tari Kupang, Imam Pramono, kepada Tempo, Sabtu, 31 Mei 2014.

Menurut dia, penerbangan dari Bandara El Tari Kupang ke Labuan Bajo pun mengalami penundaan. Saat ini, masih dua penerbangan yang belum bisa terbang ke Bandara Komodo, yakni Trans Nusa dan Sriwijaya.

Selain itu, lanjutnya, penerbangan ke Labuan Bajo melalui Bandara Frans Seda di Maumere dan Aroeboesman di Ende, juga tertunda hingga hujan abu vulkanik mereda. "Masalahnya abu vulkanik, sehingga dihimbau untuk ditutup sementara," katanya.

Meletusnya Gunung Sangeang di Bima juga berdampak pada sejumlah wilayah NTT yang dilanda abu vulkanik. Sekitar lima kabupaten yang telah melaporkan terkena dampak abu vulkanik itu yakni Manggarai Barat, Manggarai, Sumba Timur, Sumba Tengah, dan Sabu Raijua.
15 Ribu Warga di Sangeang Api Siap Mengungsi Pemerintah Kabupaten Bima mengumumkan jumlah penduduk yang terdampak letusan Sangeang Api mencapai 15 ribu jiwa. Belasan ribu orang itu akan segera diungsikan jika status Sangeang Api naik menjadi awas. Bupati Bima Syafrudin M. Nur mengatakan pendataan terakhir yang dilakukan kantor kecamatan desa terdekat dengan Sangeang, menyebutkan ada sejumlah desa di Kecamatan Wera yang terdampak letusan. "Setiap saat mereka siap kami ungsikan," kata Syafrudin di Kecamatan Wera, Sabtu, 31 Mei 2014.

Pemerintah menyiapkan lokasi pengungsian untuk menampung ribuan orang itu. Lokasi pengungsian tersebar di wilayah kecamatan lain yang dianggap aman dari jangkauan letusan. Pemerintah daerah mengimbau masyarakat di Bima, untuk meningkatkan kewaspadaan. "Tetap tenang dan jangan terprovokasi kabar letusan," kata Syafrudin.

Pemerintah juga menetapkan tiga desa di kaki Gunung Sangeang sebagai zona paling bahaya atau wilayah ring 1, yakni Sangiang, Hidirasa, dan Pai. Ketiga desa itu berada dalam radius lima kilometer dari puncak Sangeang. "Warga di tiga desa itu menjadi prioritas kami."


  Tempo  

No comments:

Post a Comment

 

Populer